Kamis, 14 Oktober 2010

sistem pengelolaan sampah surabaya

Pendahuluan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kota Surabaya dengan penduduk 3,2 juta jiwa, masih menjadi persoalan besar bagi warga maupun pemerintah kota, karena lahan TPA di Keputih, Sukolilo, Surabaya Timur, kini sudah penuh dan tidak lagi memadai menampung produksi sampah kota Surabaya. Sampah perkotaan dari hari ke hari semakin meningkat produksinya sejalan dengan pertumbuhan penduduk kota yang meningkat. Pemerintah kota dalam hal ini telah menyiapkan TPS yang mendekati masyarakat, maupun gerobak atau mobil yang beroperasional dari rumah-kerumah untuk mengambil sampah yang selanjutnya sampah dibawa ke TPA. Namun demikian sistem yang sedang berjalan tersebut masih belum mampu menyelesaikan permasalah sampah dengan baik dan tuntas.

Para pekerja proyek pun masih mengerjakan pembuatan fondasi-fondasi selokan (drainase) di TPA sampah bersangkutan. Drainase ini berguna menjaga rembesan pencemaran air dari sampah, lokasi TPA di Pakal Benowo ini, telah seluruhnya ditanggul keliling. Namun, pengerjaan penanggulan tanggul yang mengelilingi areal TPA sampah ini sudah selesai, akan tetapi untuk segera bisa dimanfaatkan, masih membutuhkan waktu cukup lama. Sebab, genangan air maupun areal di lokasi calon TPA ini masih berupa tambak.
Sebagian area ini memang sudah diuruk dan diratakan, namun sebagian lainnya masih berupa tambak dan kapan akan rampung masih belum pasti.

Lokasi TPA merupakan Lokasi tambak ikan
Lahan pengganti TPA pakal di Benowo yang tanahnya bekas area tambak ikan dan garam penduduk. Ini berarti pula, pihak pemerintah kota mau tidak mau harus memperhatikan masalah pencemaran yang bakal ditimbulkan oleh pembuangan sampah bersangkutan. Selain persoalan pencemaran lingkungan air juga berdampak buruk terhadap hasil panen ikan maupun garam, juga pencemaran udara dari sampah-sampah yang dibuang di TPA Pakal ini. Sebab, sekitar 1,5 kilometer dari TPA Pakal ini, terdapat permukiman penduduk.








I. Masalah Lingkungan Yang Di Timbulkan Oleh Tumpukkan Sampah Di TPA
Salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah masalah pembuangan dan pengelolaan sampah. Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat dari aktivitas manusia yang merupakan bahan yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Terlebih dengan terus meningkatnya volume kegiatan penduduk perkotaan, lahan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah juga makin terbatas. Kondisi ini makin memburuk manakala pengelolaan sampah di masing-masing daerah masih kurang efektif, efisien dan berwawasan lingkungan serta tidak terkoordinasi dengan baik. Keberadaan sampah juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber penularan penyakit. Sampah merupakan tempat yang ideal untuk sarang dan tempat berkembangbiaknya berbagai vektor penularan penyakit. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di permukiman penduduk yang menumpuk berhari-hari, mencemari udara dan air tanah, dan menjadi tempat berkembang biak binatang maupun bakteri pembawa penyakit. Setelah berhari-hari menumpuk dan membusuk di TPS, sampah diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Puluhan truk pengangkut sampah melewati jalan umum, menebarkan bau tidak sedap dan bisa menyebarkan penyakit. Di TPA sampah juga hanya dibiarkan menumpuk, menggunung, mencemari udara, mencemari air tanah dalam skala lebih luas. Lalat merupakan salah satu vektor penular penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan dalam hal ini adalah diare karena lalat mempunyai kebiasaan hidup di tempat kotor dan tertarik bau busuk seperti sampah basah. Open dumping merupakan jenis pembuangan sampah akhir yang tidak saniter karena pada sampah basah dapat menjadi media yang baik untuk lalat dan tikus dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta tidak menimbulkan pemandangan yang tidak sedap. Jenis pembuangan sampah akhir dengan open dumping dapat menjadi media penularan penyakit sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan. Oleh karena itu penanganan sampah yang tidak baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan seperti open dumping akan meningkatkan populasi lalat sehingga kemungkinan penyakit diare akan meningkat.

a. Pencemaran Dioksin.
Dioksin merupakan jenis gas yang sangat beracun yang dapat memicu pertumbuhan kanker dalam sel tubuh manusia. Dioxin itu adalah suatu racun yang sangat kuat. Dioksin saat ini dipercaya sebagai senyawa yang paling beracun yang pernah ditemukan manusia, karena dapat menyebabkan kerusakan organ secara luas misalnya, gangguan fungsi hati, jantung, paru, ginjal serta mengganggu fungsi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Pada percobaan terhadap binatang di laboratorium, dioksin menunjukkan karsinogenik (penyebab kanker), teratogenik (penyebab kelahiran cacat) dan mutagenik (penyebab kerusakan genetik).
Pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat mengakibatkan pada pencemaran dioksin. Hal ini disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna (400-6000 celcius) yang menyebabkan terbentuknya senyawa dioksin. Senyawa ini dapat terbentuk pada pembakaran dengan temperatur yang rendah. Bahkan menurut beberapa pakar lingkungan menerangkan bahwa pembakaran dengan menggunakan incinerator pada temperatur 400 – 600 0 C merupakan kondisi yang optimum untuk pembentukan senyawa dioksin.
Lantas bagaimana incinerator maxpell menjawab permasalahan diatas? Maxpell Technology telah menghabiskan banyak riset agar teknologi incinerator milik maxpell dapat menjawab masalah pencemaran dioksin. Hasil riset dari Maxpell Technology akhirnya menjawab bagaimana incinerator Maxpell dapat mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya pencemaran dioksin.
Perbandingan Hasil Penyebab Suhu Pembakaran Fly ash / Abu Terbang Dioksin
TPS/TPA Konvensional Menghasikan dioksin Pembakaran tidak sempurna yang menyebabkan terbentuknya senyawa dioksin dan furan 200-400 Celcius Ya, dikarenakan tidak ada filter/penyaring fly ash
Sistem Maxpell Tidak Menghasikan dioksin Pembakaran sempurna mencegah terbentuknya senyawa dioksin dan furan. Senyawa dioksin akan hancur terurai membentuk karbon dioksida/CO2 , air/H2O dan asam klorida/HCl. 900-1100 celcius Tidak, dikarenakan asap yang menghasilkan fly ash di inject dengan uap air menjadi smoke fluid yang ikut terbakar kembali di dalam incinerator. Sistem maxpell juga memiliki Splitsel sebagai filter untuk mereduksi fly ash jika masih terdapat fly ash yang tidak ikut terbakar.
Incinerator Lain Menghasikan dioksin Pembakaran tidak sempurna yang menyebabkan terbentuknya senyawa dioksin dan furan 400-600 Celcius Ya, dikarenakan tidak ada filter/penyaring fly ash
Tabel 1.1 Perbandingan Teknologi Konvensional dengan Teknologi Maxpell dalam mengatasi pencemaran gas beracun dioksin




b. Pencemaran Gas Metan
Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbondioksida. karena gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca kedua setelah karbondioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang dihasilkan dan jumlahnya di atmosfer. Gas metan menyumbang sepertiga dari efek karbondioksida terhadap pemanasan global. Menurut beberapa penelitian, molekul metan mampu menghasilkan efek pemanasan 23 kali lebih besar dari molekul CO2.
Timbunan sampah telah menjadi salah satu penyumbang besar pencemaran gas metan. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 Kg gas metan setiap harinya. Hal ini disebabkan pembusukan sampah oleh bakteri pengurai secara alami yang menghasilkan gas metan, karbon dioksida, dan sejumlah gas lainnya yang berbahaya bagi lingkungan.
Tempat penampungan akhir (TPA) atau Tempat Pembuangan Sementara (TPS) diindikasikan telah mengeluarkan gas beracun berbahaya jenis metan. Bila tidak segera diantisipasi, besar kemungkinan gas berbahaya itu bisa merenggut nyawa orang yang berada di radius terdekat dari TPA/TPS. Masyarakat yang menghirup gas metan setiap harinya dapat dimungkinkan mengalami kerusakan organ dan sel tubuh atau bahkan dapat meninggal dunia jika terus menerus menghirup gas metan. Selain itu, gas metan sewaktu-waktu dapat meledak jika kandungannya sudah berlebihan.
Teknologi incinerator Maxpell telah terbukti dapat mencegah dan mengurai kerusakan lingkungan dari gas metan dengan adanya Sistem Datang, Bakar, Habis. Sampah yang baru datang ke tempat penampungan akan langsung dibakar habis sehingga pembusukan sampah oleh bakteri pengurai dapat dihindari agar tidak menghasilkan gas metan yang berbahaya.
Perbandingan Hasil Penyebab
TPS/TPA Konvensional Ya Terjadinya pembusukan sampah oleh bakteri pengurai. Proses alami ini menghasilkan gas metan, karbon dioksida, dan sejumlah gas lainnya.
Sistem Maxpell Tidak Gas metan tidak terproduksi pada sampah dikarenakan tidak terjadi pembusukan sampah oleh bakteri pengurai karena sampah langsung di bakar dengan incinerator.
Incinerator Lain Tidak Gas metan tidak terproduksi pada sampah dikarenakan tidak terjadi pembusukan sampah oleh bakteri pengurai karena sampah langsung di bakar dengan incinerator.


c. Pencemaran Gas Lainnya
Pencemaran lain yang berbahaya bagi manusia adalah mengenai emisi gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran. Pencemaran emisi sebenarnya telah diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Emisi tidak bergerak untuk jenis kegiatan lain. Peraturan ini mengatur standar baku mutu gas buang yang dihasilkan oleh mesin pembakaran agar ramah lingkungan dan tidak mencemari udara sekitar.
Teknologi incinerator Maxpell telah teruji pada Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan(LPKL) Bandung sehingga pencemaran gas lain yang membahayakan manusia dan lingkungan dapat dihindari.
Perbandingan Polusi Udara Pencemaran Udara (Bau tidak sedap)
TPS/TPA Konvensional Ya
Pembakaran tidak sempurna yang menyebabkan terbentuknya gas-gas yang mencemarkan udara seperti Amonia (NH3), Gas Klorin (CL2), Hidrogen Klorida (HCL), Hidrogen Florida (HF), Nitrogen Oksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2), Total Sulfur Tereduksi (H2S) dan gas lain yang berbahaya dan tidak sesuai dengan standar baku mutu. Ya
Terjadinya pembusukan sampah oleh bakteri pengurai. Proses alami ini menghasilkan gas metan, karbon dioksida, dan sejumlah gas lainnya. Gas yang dihasilkan tidak hanya mencemarkan lingkungan juga menyebabkan bau tidak sedap disekitar lokasi.
Sistem Maxpell Tidak
Dengan proses gasifikasi, perolisis dan filterisasi menggunakan splitsel maka polusi udara atau gas yg mencemarkan udara dapat direduksi secara maksimal. Tidak
Dengan adanya incinerator, sampah yang datang tidak perlu ditimbun dan dapat langsung dibakar sehingga proses pembusukan oleh bakteri dapat dihindari.
Incinerator Lain Ya
Banyak incinerator lain yang belum mengimplementasikan filterisasi dan reduksi gas buang pada incineratornya. Tidak
Dengan adanya incinerator, sampah yang datang tidak perlu ditimbun dan dapat langsung dibakar sehingga proses pembusukan oleh bakteri dapat dihindari.




II. Surabaya Menjadi Pilot Project Pengelolaan Sampah
Data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota menunjukkan, sampah rumah tangga yang dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) hanya 20% dan 80%nya sudah dipilah dan diolah oleh warga sendiri, ungkap Deputi Kementerian Lingkungan Hidup dalam Simposium Surabaya Metropolitan Area bertajuk "Manajemen Sampah Kota".
Daerah Jambangan dan 30 kelurahan lainnya sudah bisa memberdayakan warganya untuk aktif dalam memilah dan mengolah sampah. Meski tingkat kesadaran warga Surabaya tinggi, namun untuk teknologi pengolahan sampah masih jauh tertinggal dengan negara-negara maju tersebut. Sistem pembuangan open dumping yang digunakan oleh Indonesia saat ini sudah lama ditinggalkan.
Tingkat kepedulian masyarakat Surabaya untuk memilah dan mengolah sampah sudah sangat tinggi mencapai angka 90%. Hal ini sangat jauh berbeda dengan perilaku warga Bandung, yang hanya 50% saja mau membayar retribusi pembuangan sampah. Kesadaran tinggi dari warga ini membuat sampah plastik di Surabaya banyak termanfaatkan kembali.
Setiap hari di Surabaya ada 160 ton sampah plastik. Separuhnya sudah terangkut pemulung. Hal ini dikarenakan tingginya kesadaran masyarakat akan nilai guna kembali sampah. Bahkan, Surabaya telah mempunyai Asosiasi Daur Ulang Sampah Plastik Indonesia. Para pengusaha daur ulang sampah plastik ini yang memproses sampah-sampah plastik menjadi palet-palet untuk dijual kembali ke pabrik plastik.

III. Solusi Penanggulangan Sampah
Pengolahan sampah di Surabaya masih belum memenuhi standar apabila masih mempertahankan sistem Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terbuka. Oleh karena itu, jika dibiarkan gas metana hasil penguraian bakteria mampu mengakibatkan efek rumah kaca dan tingkat bahaya-nya 21% lebih bahaya dari karbondioksida. Dampak penumpukan sampah, mengakibatkan lahan yang dijadikan TPA akan tercemari hingga 25 tahun setelah TPA itu ditutup.
Plastik adalah ancaman bagi lingkungan. Karena itu, sudah selayaknya masyarakat meninggalkan kantong plastik dan beralih ke bahan lain. Untuk mengampanyekan hal ini, Menteri Negara Lingkungan Hidup mencanangkan Plastic Bag Free Day (PBFD) atau Hari Bebas Kantong Plastik. Plastik sangat tidak baik bagi lingkungan karena tidak mudah terurai, butuh waktu puluhan atau ratusan tahun untuk menguraikan plastik di dalam tanah. jika gerakan pencanganan ini serius dan berhasil dilakukan, maka akan bisa memperbaiki kualitas lingkungan. Di Surabaya misalnya, sampah plastik dianggap sebagai biang penuhnya tempat penampungan sampah (TPA). Catatan DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan), pada 2007– 2008, tercatat ada penumpukan sampah 1.485 ton setiap harinya. Sebanyak 14% di antaranya atau 207 ton adalah sampah plastik. Pada 2008–2009 terjadi penurunan volume sampah menjadi 1.283 ton per hari. Sementara sampah plastik mencapai 12% atau 153 ton.
Naiknya volume sampah jauh melebihi kapasitas sarana dan prasarana Dinas Kebersihan Kota. Akibatnya banyak komunitas yang mencari jalan keluar sendiri dengan membakarnya, atau malah membuang sendiri ke sungai yang tentunya bukanlah jalan keluar yang baik, karena akan lebih memperparah kerusakan lingkungan. Akhirnya setelah bertahun tahun team research telah menemukan dan mengembangkan sebuah alat pembakar sampah atau dikenal sebagai incinerator yang Mudah, Murah, Cepat serta Ramah Lingkungan
a. Incinerator Maxpell Techology adalah: Teknologi incinerator bekerja dengan cara membakar sampah secara optimal dengan pembakaran sempurna hingga sampah menjadi abu yang ramah lingkungan yang bahan bakarnya dari olahan kimia dan fisika sampah tersebut.
1. Mudah.
Incinerator Maxpell sangat mudah dalam mengoperasikannya, sehingga tidak memerlukan pelatihan khusus bagi calon operatornya.
2. Murah.
Pada incinerator Maxpell, proses pembakaran tidak memerlukan energi lain berupa listrik, minyak bakar maupun gas sebab sampah itu sendiri yang diolah secara kimia dan fisika yang natural untuk menjadi bahan bakar Incinerator Maxpell.
3. Cepat.
Dalam setiap bathnya, Incinerator Maxpell mampu membakar sampah antara 1200 hingga 1800 Ltr dengan waktu berkisar 0.5 s/d 1 jam.
4. Ramah Lingkungan.
Dalam kondisi normal suhu pembakaran incinerator Maxpell mencapai 900 o C yaitu suhu yang aman untuk memusnahkan sampah infeksius dan menyebabkan senyawa beracun dapat terurai pada sistem pembakaran sempurna. Serta emisi gas buang Incinerator Maxpell jauh lebih baik dari standar baku mutu yang ditetapkan Lingkungan Hidup.
5. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi incinerator maxpell agar produk maxpell tidak hanya mengatasi masalah pencemaran juga sanggup untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dari sampah.
6. Efisiensi Anggaran Pemerintah
Teknologi dan sistem maxpell secara nyata dapat mengurangi beban pemerintah dalam upaya penanganan masalah sampah. Sistem maxpell memfokuskan permasalahan sampah mulai dari skala micro, yaitu dari Rukun Warga atau Kelurahan. Sistem inilah yang mampu mengurangi beban anggaran pemerintah dikarenakan sampah yang berada ditingkat kelurahan sudah dapat ditanggulangi dengan baik tanpa harus diteruskan ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA).
Masalah TPS/TPA Konvensional Sistem Maxpell Incinerator Lain
Perlu pemilahan sampah -  
Perlu petugas pengangkut sampah   
Perlu penampungan   
Perlu biaya untuk petugas TPS  - 
Perlu biaya untuk petugas TPA  - 
Perlu penampungan TPS  - 
Perlu penampungan TPA  - 
Perlu biaya kendaraan pengangkutan sampah ke TPS  - 
Perlu biaya kendaraan pengangkutan sampah ke TPA  - 
Perlu relokasi TPS karena daya muat  - -
Perlu relokasi TPA karena daya muat  - -
Perlu biaya lain  - 
7. Murah Dan Terjangkau.
Incinerator Maxpell berbeda dengan incinerator lain. Umumnya incinerator lain didatangkan dari luar negeri yang harganya dapat mencapai milyaran rupiah. Berbeda dengan incinerator Maxpell, incinerator ini murni buatan dalam negeri dan menggunakan bahan baku yang banyak terdapat didalam negeri sehingga biaya pembuatan relatif murah dan biaya perawatan yang terjangkau mengingat tingkat kesulitan untuk perawatan dan penggantian sparepart dapat diperoleh di dalam negeri.
8. Beberapa Keunggulan Incinerator Maxpell Adalah:
- Tidak membutuhkan tempat luas
- Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah
- Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 900 o C
- Bekerja efektif tanpa bahan bakar tambahan
- Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu
- Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara konstan
- Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar
- Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan bangunan.

b. Pupuk Organik.
Bahan baku hasil dari pengolahan sampah belum dapat disebut pupuk organik. Untuk dapat diolah menjadi pupuk organik maka harus diberikan pengolahan lebih lanjut. Pengolahannnya adalah mencampur dengan bahan-bahan lainnya, misalkan cocopeat yang mempunyai C lebih tinggi, sehingga menghasilkan C/N ratio yang lebih baik. Kemudian nutrisinya juga ditambah untuk menghasilkan kandungan yang lebih baik bisa dengan fish meal, blood and bone dan lain-lainya. (Cocopeat adalah media tanam yang di buat dari serabut kelapa; memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki pori-pori, yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari).


c. Pengolahan Daur Ulang.
Dari hasil pengolahan sampah, juga dihasilkan plastik dengan berbagai jenis. Ada 6 jenis plastik yang sangat laku di pasaran meliputi HD,PE, HDPE, PP dan beberapa jenis lainnya. Plastik-plastik tersebut jika dilakukan pengolahan yang meliputi sortir berdasarkan jenisnya lalu kemudian berdasarkan warnanya maka sudah ada penampungnya. Tetapi jika diolah hingga lebih lanjut, maka harga jual dari produk daur ulang tersebut menjadi lebih tinggi.
Hasil akhir dari daur ulang plastik, berupa biji plastik yang digunakan oleh industri dengan mutu yang lebih rendah. Contohnya ember hitam untuk bangunan, gagang sapu, pengki dan lain-lainnya. Industri daur ulang ini secara terpisah dan serius harus dikembangkan karena selain dapat memberikan lapangan pekerjaan, juga dapat mengatasi problem lingkungan. Selain plastik lembaran, maka plastik lainnya seperti botol aqua, botol shampo maupun botol lainnya dapat diproses daur ulang dengan teknis yang berbeda.

d. Briket Biomassa.
Energi biomass adalah energi yang berasal dari sisa-sisa kegiatan makhluk hidup. Berupa apa saja, seperti daun, ranting, bekas industri sepatu maupun sisa-sisa dari makanan. Maka jika dilihat dari sisi lain tumpukan sampah adalah tumpukan energi Biomass. Apabila energi tersebut dapat diolah maka dapat dihasilkan energi lainnya berupa pembangkit tenaga listrik, gas dan briket-briket biomasa.


IV. Sistem Pengelolaan Sampah Belum Mampu Menangani Persampahan Kota
Ada beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan sampah sistem sekarang ini, yakni :
1. Segi Pengumpulan Sampah.
Kurang efisien karena mulai dari sumber sampah sampai ke tempat pembuangan akhir sampah belum dipilah – pilah sehingga walaupun akan diterapkan teknologi lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan memerlukan dana maupun menyita waktu.
2. Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya:
a. Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir (TPA) sehingga hanya cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. Apalagi bila kota menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya, maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA. Apabila instalasi Incinerator yang ada tidak dapat mengimbangi jumlah sampah yang masuk jumlah timbunannya semakin lama semakin meningkat. Lalu dikhawatirkan akan timbul berbagai masalah sosial dan lingkungan, diantaranya :
o Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit penyakit lain
o Dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan meter
o Dapat mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.

b. Biaya operasional sangat tinggi bagi pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan lebih lanjut. Apalagi bila letak TPA jauh dan bukan di wilayah otonomi.
c. Pembuangan sistem open dumping dapat menimbulkan beberapa dampak negatip terhadap lingkungan. Pada penimbunan dengan sistem anarobik landfill akan timbul leachate di dalam lapisan timbunan dan akan merembes ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Leachate ini sangat merusak dan dapat menimbulkan bau tidak enak, selain itu dapat menjadi tempat pembiakan bibit penyakit seperti : lalat, tikus dan lainnya.
d. Pembuangan dengan cara sanitary landfill, walaupun dapat mencegah timbulnya bau, penyakit dan lainnya, tetapi masih memungkinkan muncul masalah lain yakni :
 Timbulnya gas yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Gas-gas yang mungkin dihasilkan adalah : methan, H2S, NH3 dan lainnya. Gas H2S dan NH3 walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak sehingga dapat merusak sistem pertukaran gas pada tanaman dan membuat tanaman kekurangan gas oksigen dan akhirnya mati.
 Pada proses penimbunan, sebaiknya sampah diolah terlebih dahulu dengan cara dihancurkan dengan tujuan untuk memperkecil volume sampah agar memudahkan pemampatan sampah. Untuk melakukan ini tentunya perlu tambahan pekerjaan yang berujung pada tambahan dana.

3. Penggunaan Incinerator dalam pengolahan sampah memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
 Dihasilkan abu (15%) dan gas yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Selain itu gas yang dihasilkan dari pembakaran dengan menggunakan alat ini dapat mengandung gas pencemar berupa : nox. Sox dan lain-lain yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
 Dapat menimbulkan air kotor saat proses pendinginan gas maupun proses pembersihan Incinerator dari abu maupun terak. Kualitas air kotor dari instalasi ini menyebabkan COD meningkat dan ph menurun. COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia
 Memerlukan biaya yang besar dalam menjalankan. Untuk menangani sampah 800 ton/hari memerlukan investasi Rp. 60 milyar, sedangkan dari hasil penjualan listrik yang dihasilkanhanya Rp. 2,24 milyar/tahun.
 Butuh keahlian tertentu dalam penggunan alat ini. Sebagai contoh pada penanganan sampah di surabaya, tehnologi Incinerator sudah digunakan sejak tahun 1990, namun tanpa didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang memahami filosofi alat ini, akibatnya pada tahun kedua terjadi kerusakan. Hal ini tentu menambah beban dalam perolehan dana bagi perbaikannya. Belum lagi sampah yang akan menumpuk dengan tidak berfungsinya alat ini.
 Penggunaan Incinerator ini tidak dapat berdiri sendiri dalam pemusnahan sampah, tetapi masih memerlukan landfill guna membuang sisa pembakaran.
4. Belum maksimalnya usaha pemasaran bagi kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan sampah kota.
5. Belum maksimalnya upaya sistem daur ulang menjadi barang-barang yang bernilai ekonomi tinggi.
6. Sulitnya mendapatkan tambahan biaya bagi peningkatan kesejahteraan petugas yang terlibat dalam penanganan sampah. Hal ini tentu akan berakibat pada kegairarahan kerja yang rendah dari para pengelola sampah.


V. Penghargaan ADIPURA
Program Lingkungan di Surabaya dengan motto “Surabaya Green & Clean” dan “Merdeka dari Sampah” dikembangkan dengan cara memberdayakan masyarakat melalui fasilitator dan pemilihan kader lingkungan kemudian membekali mereka pengetahuan dan wawasan mengenai pemilihan sampah dan manfaat ekonomis sampah bagi warga setempat. Melalui program ini, semangat warga semakin meningkat, sosialisasi program berjalan lebih cepat, edukasi dan motivasi ke masyarakat semakin mendalam. Upaya dan partisipasi masyarakat Surabaya ini telah menghantarkan Surabaya sebagai kota penerima Adipura dua tahun berturut-turut (2006-2007).

Estimasi Total Sampah Berdasarkan Jenisnya di Kota 26 kota Besar (dengan total penduduk 40,1 juta):

Jenis Sampah Jumlah(juta ton/tahun) Persentase (%)
Sampah Dapur 22,4 58%
Sampah Plastik 5,4 14%
Sampah Kertas 3,6 9%
Sampah Lainnya 2,3 6%
Sampah Kayu 1,4 4%
Sampah Kaca 0,7 2%
Sampah Karet/Kulit 0,7 2%
Sampah Kain 0,7 2%
Sampah Metal 0,7 2%
Sampah Pasir 0,5 1%
=====================================================
TOTAL 38,5 100%
(Kantor Negara Lingkungan Hidup, 2008)



Berdasarkan sumber sampah selama 5 tahun terakhir besaran sampah di kota-kota indonesia sebagai berikut :
Permukiman 16,7 juta ton/tahun
Pasar 7,7 juta ton/tahun
Jalan 3,5 juta ton/tahun
Fasilitas Umum 3,4 juta ton/tahun
Perkantoran 3,1 juta ton/tahun
Industri 2,3 juta ton/tahun
Lainya 1,8 juta ton/tahun

(Kantor Negara Lingkungan Hidup, 2008)
Jumlah penduduk terlayani mencapai 130 juta jiwa atau sebesar 56 % dari total penduduk Indonesia, sedangkan pelayan antar daerah/kota berbeda. Contoh wilayah P Jawa sudah rata-rata mencapai 59 %, sedangkan sumatera baru 48 %. Tidak semua sampah dapat diangkut ke TPS/TPA, sehingga ditemukan berbagai macam system penanganan sampah dilakukan oleh masyarakat. Sistem penanganan sampah setelah sampah dikumpulkan masyarakat dari permukiman adalah sebagai berikut :
Sampah diangkut ke TPS/TPA 11,6 Juta Ton/Tahun
Sampah di timbun 1,6 Juta Ton/Tahun
Sampah dibuat kompos 1,2 Juta Ton/Tahun
Sampah dibakar 0.8 Juta Ton/Tahun
Sampah di buang ke sungai 0.6 Juta Ton/Tahun
Lain-lain 1,1 Juta Ton/Tahun
(Kantor Negara Lingkungan Hidup, 2008)

1 komentar:

  1. tentang sampah di surabaya yg.begitu (sepertinya sulit diatasi)sebenarnya bagi saya sangatlah mudah kalo perlu dikalikan 10 surabaya,teknologi pemusnah sampah tanpa bahan bakar apapun seberapa banyaknya(100 ton ?)kondisi basah/busuk)tidak ada masalah,teknologi pemusnah sampah jaminan pasti dan PASTI dapat mengatasi,saya pembuatnya sudah puluhan tidak ada yg.tidak berhasil,saya siap membantu siapa saja yg.memerlukan.

    BalasHapus