Kamis, 14 Oktober 2010

asuhan keperawatan hipertensi

1. Pengertian
Hipertensi menurut oleh Joint National Commite on Detection, Evaluasi and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagian tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki.
Hipertensi dapat di defenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupkan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institute nasional jantung, paru dan darah memperkirankan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begittu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi; lebih dari 90% diantaranya mereka menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat di tentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi skunder), seperti penyempitan arteri renalis atau penyekit parenkhim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor, dan kehamilan.
Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas prematur, yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolok dan diastolik. Laporan national committee on detection, evaluation and treatment of high blood presure (1993) yang kelima mengeluarkan panduan baru mengenai deteksi, evaluasi dan penanganan hipertensi. Komite ini juga memberikan klasifikasi tekanan darah pada individu berumur 18 tahun ke atas, yang akan sangat berguna sebagai kriteria tindak lanjut bila digunakan berdasar pemahaman bahwa diagnosis didasarkan pada rata-rata pengukuran yang dilakukan secara terpisah. The American collage of physician telah menyusun suatu alogoritma yang memaparkan strategi untuk mengukur tekanan darah pada situasi ambulatory oleh orang awam sebagai suatu cara diagnose hipertensi. The joint national committee juga menyusun petunjuk untuk pemantauan tindak lanjut bagi individu yang tekanan darah awalnya tinggi. Hipertensi esensial biasanya di mulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an dan secara bertahap menetap. Pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalannya dipercepat atau maligna yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat.
Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan dan rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau, obat-obatan yang merangsang dapat berperan di sini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi factor keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria, tetapi pria khususnya pria amerika keturunan afrika, lebih tidak mampu mentoleransi penyakit ini. Di amerika serikat, insidens hipertensi meningkat sesuai proses penuaan dan insidens pada orang ametika keturunan afrika jauh melebihi orang kulit putih.
Tingginya tekanan darah yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal dan otak. Maka konsekuensi yang biasanya pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, dan stroke. Selain ini jantung membesar karena dipaksa menaikan beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah. Hipertrofi ini dapat diperiksa elektro kardiogram atau sinar x pada dada.
Peningkatan tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat arteriola adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tahanan tersebut belum banyak diketahui. Tetapi obat-obatan ditujukkan untuk menurunkan tahanan perifer, untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi stres pada sistem vaskuler.

Kedaruratan Hipertensi
Kedaruratan hipertensi terjadi apabila peningkatan tekanan darah harus diturunkan dalam 1 jam. Peningkatan tekanan darah akut yang mengancam jiwa ini memerlukan penanganan segera dalam perawatan intensif karena dapat menimbulkan kerusakan serius pada organ lain di tubuh.
Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal ventrikel kiri atau disfungsi otak menunjukkan kebutuhan akan perlunya menurunkan tekanan darah segera.
Obat pilihan pada kedaruratan hipertensi adalah yang memiliki efek segera. Nitroprusid dan labetalol hidroklorida intravena memiliki efek vasodilatasi segera dengan waktu kerja yang pendek, sehingga banyak digunakan pada penanganan awal klinis. Efek kebanyakan obat antihipertensi diperkuat oleh diuretika. Pemantauan tekanan darah yang sangat ketat dan status kardovaskuler pasien penting dilakukan selama penanganan dengan obat ini. Penurunan tekanan darah yang mendadak dapat terjadi dan memerlukan tindakan segera untuk mengembalikan tekanan darah ke batas normal.

2. Patofisiologi Hipertensi Esensial
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskanya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriktor yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensi I yang kemudian di ubah menjadi angiotensi II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Pertimbangan Gerontologist
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi ateroklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penururanan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam menginduksi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

Kendali system rennin-angiotensi dan SSP terhadap dilatasi dan kontriksi pembuluh darah








3. Penyebab Hipertensi Sekunder
Area yang Terganggu Mekanisme
Ginjal
• Penyakit parenkim ginjal (glomerulonefritis, gagal ginjal)





• Penyakit renovaskuler

• Seringkali menyebabkan hipertensi dependen rennin dan natrium. Perubahan fisiologis dipengaruhi oleh macamnya penyakit dan beratnya insufisiensi ginjal


• Berkurangnya perfusi ginjal karena aterosklerosis atau fibrosis yang membuat arteri renalis menyempit, menyebabkan tahanan perifer meningkat.
Kelenjar adrenal
• Sindrom chusing
• Aldosteronisme



• Fenokromositoma

• Meningkatnya volume darah
• Aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air, yang membuat volume darah meningkat.
• Sekresi yang berlebihan dari katekolamin (norepinefrin membuat tahanan vaskuler perifer meningkat)
Koarktasi aorta Menyebabkan tekanan darah meningkat pada ekstremitas atas dan berkurangnya perfusi pada ekstremitas bawah.
Trauma kepala atau tumor kranial Meningkatnya tekanan intracranial akan mengakibatkan perfusi serebral berkurang; iskemia yang timbul akan merangsang pusat vasomotor medulla untuk meningkatkan tekanan darah.
Hipertensi akibat kehamilan Penyebab belum diketahui. Ada teori yang mengatakan bahwa vasospasme umum bisa menjadi faktor penyebab.

4. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelaianan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat (edema pupil, edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang di vaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrovi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningktan nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insidens infark otak mencapai 80%.

5. Evaluasi Diagnostic
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ seperti ginjal dan jantung, yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrovi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya faktor resiko lainnya juga harus dikaji dan di evaluasi.

6. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortilitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi. Komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau; latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabaila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130-139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Alogoritma penanganan yang dikeluarkan oleh joint national on detection, evaluation and treatment of high blood presure memungkinkan dokter memilih kelompok obat yang mempunyai efektifitas tertinggi, efek samping paling kecil dan penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi pilihan pertama, diuretika dan penyakit beta. Apabila pasien dengan hipertensi ringan sudah terkontrol selama setahun, terapi dapat diturunkan. Agar pasien mematuhi regimen terapi yang diresepkan, maka harus di cegah pemberian jadual terapi obatan-obatan yang rumit.

7. Alogoritma Penanganan Hipertensi




























Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <130 <85 Normal tinggi 130-139 85-89 Hipertensi stadium 1 ringan 140-159 90-99 Hipertensi stadium 2 sedang 160-179 100-109 Hipertensi stadium 3 berat 180-209 110-119 Hipertensi stadium 4 sangat berat >120 >120

Tidak sedang memakai obat hipertensi dan tidak sedang sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolik terdapat pada kategori yang berbeda, maka harus dipilih kategori yang tertinggi untuk mengklasifikasi status tekanan darah seseorang. Misalnya 160/90 mmHg harus diklasifikasikan stadium 2, dan 180/120 mmHg harus diklasifikasikan stadium 4. Hipertensi sistolik mandiri dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg diklasifikasikan dalam stadium yang sesuai (misalnya 170/85 mmhg dianggap sebagai hipertensi sistolik mandiri)
Selain itu, untuk mengklasifikasi stadium hipertensi berdasarkan peringkat tekanan darah, dokter harus menyebutkan ada tidaknya organ sasaran dari penyakit dan faktor risiko tambahan. Misalnya: pasien dengan diabetes dan tekanan darah 142/98 mmHg, plus hipertrovi ventrikel kiri harus diklasifikasikan sebagai hipertensi stadium 1 dengan penyakit organ sasaran (hipertrovi ventrikel kiri) dan dengan faktor risiko mayor lain (diabetes). Sebutan di atas sangat penting untuk klsifikasi faktor resiko dan penatalaksanaan.
Tekanan darah optimal sesuai resiko kardiovaskular adalah kurang dari 120 mmHg sistolik damn kurang dari 80 mmHg diastolik. Tetapi tekanan yang rendah dari biasnya harus dievaluasi lagi untuk kemaknaan klinisnya.
Berdasarkan rerata dua atau lebih bacaan yang masing-masing diambil pada dua atau lebih kunjungan setelah penyaringan awal.
Algoritma yang memperlihatkan strategi untuk mengintegrasikan pengukuran non medis tersendiri, pengukuran tekanan darah rawat jalan dalam mendiagnosa hipertensi.
Algoritma yang memperlihatkan strategi untuk mengintegrasikan pengukuran non medis tersendiri, pengukuran tekanan darah rawat jalan dalam mendiagnosa hipertensi
































Rekomendasi tindaklanjut berdasarkan penetapan tekanan darah awal untuk orang dewasa


Screening awal tekanan darah mmHg
Sistolik Diastolic Rekomendasi tindak lanjut
<130 <185 Periksa ulang dalam 2 tahun
130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun
140-159 90-99 Pastikan dalam 2 bulan
160-179 100-109 Evaluasi atau rujuk ke pusat ashuan dalam 1 bulan
180-209 110-119 Evaluasi atau rujuk ke pusat ashuan dalam 1 minggu
<210 <120 Evaluasi atau rujuk ke pusat ashuan negara




















ASKEP HIPERTENSI

Pengkajian Pasien
1. Identitas pasien
a) Nama : Tn X
b) Jenis kelamin : komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki. Pada wanita sering dipicu oleh perilaku tidak sehat seperti merokok, minum minuman beralkohol dan kelebihan berat badan, depresi, dan rendahnya status pekerjaan.
c) Usia : paling tinggi kejadian pada usia 30-40 tahun.
d) Pekerjaan : pekerjaan lebih dihubungkan akibat perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaannya
e) Asal : Kejadian 2x lebih besar pada laki-laki kulit hitam, dengan 3x lebih besar pada laki-laki kulit hitam, dan 5x lebih besar untuk wanita kulit hitam

2. Keluhan umum
• Sakit kepala
• Pusing
• Tinitus
• Pingsan
• Rasa berat di tengkuk

3. Tanda dan gejala
Pada sebagian besar penderita hipertensi tida menimbulkan gejala. Akan tetapi jika hipertensinya berat, manahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala,antara lain:
• Sakit kepala
• Kelelahan
• Mual
• Muntah
• Sesak napas
• Napas pendek
• Gelisah
• Pandangan menjadi kabur
• Mata berkunang-kunang
• Mudah marah
• Telingah berdengung
• Sulit tidur
• Rasa berat ditengkuk
• Nyeri didaerah kepala bagian belakang
• Nyeri di dada
• Otot lemah
• Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
• Keringat berlebihan
• Kulit tampak pucat dan kemerahan
• Denyut jantung cepat, kuat, atau tidak teratur
• Impotensi
• Darah di urine
• Mimisan( jarang dilaporkan )
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena pembengkakan di otak.

4. Riwayat penyakit sekarang, dahulu
Riwayat mengalami peningkatan tekanan darah, Pasien mengidap Penyakit parenkim ginjal (glomerulonefritis, gagal ginjal),Penyakit renovaskuler, Sindrom chusing,Aldosteronisme,Fenokromositoma,koarktasi aorta,trauma kepala/tumor kranial, obesitas.riwayat penggunaan obat-obat antihipertensi.

5. Riwayat penyakit keluarga
75% pasien hipertensi mempunyai riwayat penyakit keluarga hipertensi, DM

6. Pemeriksaan Fisik
 Aktifitas/Istirahat
• Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
• Tanda : Frekuensi jantung meningkat.
Perubahan irama jantung.
Takipnea.

 Sirkulasi
• Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerisis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular.
Episode palpitasi, prespirasi.
• Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis).
Hiotensi postural (mungkin berhunbungan dengan regimen obat).
• Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
• Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.
• Frekuensi/irama : Takikardia, berbagai disritmia.
• Bunyi jantung : Terdengar S₂ pada dasar; S₃ (CHF dini); S₄ (pengerasan ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
Murmur stenosis valvular.
Desiran vascular terdengar di atas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri).
DVJ [distensi vena jugularis] (konngesti vena).
• Ekstermitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi).
Kulit ―Pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma).

 Integritas Ego
• Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah (dapat mengindikasikan kerusakan serebal).
Faktor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan ).
• Tanda : Letupan suasana hati, gelisa, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak.
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat pernapasan

 Eliminasi
• Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (spt : infeksi/obstrukasi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).

 Makanan/Cairan
• Gejala : Makanan yang disukai, mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (spt: makanan yang digoreng, keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori.
Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun).
Riwayat penggunaan diuretic.
• Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 100% pasien hipertensi adalah dibetik).

 Neurosensori
• Gejala : Keluhan psecara pening/pusing.
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

Gangguan penglihatan (diplopia, penglihata kabur).
Episode epitaksis
• Tanda : Status mental; Perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses piker, atau memori (ingatan).
Respon motorik: Penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refles tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optic: Dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.

 Nyeri/Ketidaknyamanan
• Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri kestermitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).

 Pernapasan (Secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat)
• Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksimal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok.
• Tanda : Distres respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan.
Bunyi napas tambahan (krakles/mengi).

 Keamanan
• Gejala : Gangguan koordinasi/acara berjalan.
• Tanda : Episode parestesia unilateral transien.
Sianosis.

 Pembelajaran/Penyuluhan
• Gejala : Faktor-faktor risiko keluarga: Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik seperti orang Afrika, Amerika, asia Tenggara.
Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol.

7. Pemeriksaan Diagnostic
o Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (vikositas) dan dapat mengindikasikan factor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
o BUN/kreatinin: Memeberi informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
o Glukosa: Hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
o Kalium serum: Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
o Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
o Kolesterol dan trigelisida serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
o Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
o Kadar aldosteron/urin serum: Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
o diabetes.
o VMA urin (metabolit katekolamin): kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
o Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai factor resiko terjadinya hipertensi.
o Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau difungsi pituitary, Chusing’s; kadar rennin juga dapat meningkat.
o IVP: Dapat mengidentifikasi penyebaba hipertensi seperti penyakit parenkin ginjal, batu ginjal/ureter.
o Foto dada: Dapat menunjukan obstruksi klasifikasi pada area katup; deposit pada dan / atau takik aorta; perbasaran jantung.
o CT scan: mengkaji tumor serebral, CSV, enselopati, atau feokromositoma.
o EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan: luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Curah jantung, penurunan, risiko tinggi berhubungan dengan:
• peningkatan afterload, vasokonstriksi.
• Iskemia miokadia
• Hipertrofi/rigiditas (kekakuan) vebtrikular
Kemungkinan dibuktikan oleh:
• Tekanan darah individu dalam rentang yang tidak normal
• Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung pasien tidak stabil
• Berpartisipasi dalam aktivitas yang akan meningkatkan TD/beban kerja jantung
TUJUAN
• Pasien menunjukkan kondisi membaik dengan penurunan tekanan darah yang dapat diterima dengan bantuan perawat dalam waktu ...x 24 jam, yang ditandai dengan: Tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima dengan pengobatan 120/80, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung pasien tidak stabil, mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat menurunkan TD/beban kerja jantung.
INTERVENSI
Tindakan yang dilakukan Rasional
MANDIRI
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien






Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluai awal. Gunakan ukuran maset yang tepat dan teknik yang akurat








Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.




Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.








Amati warna kulit, kelembapan, suhu, dan masa pengisian kapiler.




Catat edema umum atau tertentu.


Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

Lakukan tindakan yang nyaman seperti: pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.

Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.


Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.






KOLABORASI
Berikan obat-obat sesuai indikasi, contoh:
Diuretic tiazid, mis: klorotiazid (Diuril); hidroklorotiazid (Esidix/hidrodiuril); bendroflumentiazid (Naturetin);



Diuretic Loop mis: furosemid (Lasix); asam etakrinic (Edekrin); bumentanid (Burmex);




Diuretic hemat kalium, misalnya spironolakton (Aldactone); triamterene (Dyrenium); amiloride (Midamor)

Inhibitor simpatis, mis: propanolol (Inderal); metoprolol (Lopressor); atenolol (Tenormin); nadolol (Corgard); metildopa (Aldomet); reserpin (Serpasil); klonidin (Catapres);

Vasodilator mis: monoksidil (Loniten); hidralasin (apresoline); bloker saluran kalsium, mis: nifedipin (Procardia); verapamil (Calan).





Agen-agen antiadrenergik: α-1 bloker prazosin (Minipres); telazosin (hytrin).

Bloker nuron adrenergic: guanadrel (Hyloree); quanetidin (Ismelin); reserpin (Serpasil).

Inhibitor adrenergic yang kerja secara sentral: klonidin (Catapres); guanabenz (Wytension); metildopa (Aldomet);

Vasodilator kerja-langsung: hidralazin (Apresoline); monoksidil (Loniten).

Vasodilator oral yang bekerja langsung: diazoksid (Hyperstat); nitropusid (Nipride, Nitropess) .

Bloker ganglion, mis: guanetidin (Ismelin); trimetapan (Arfonad). ACE inhibitor, mis: kaptopril (Captopen).



Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.


Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.


Observasi semua intervensi yang telah diberikan.
Pasien dapat mengetahui dan mengerti tindakan yang diberikan, meningkatkan kerjasama antara perawat dan pasien. Pengetahuan pasien meningkat.
Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.

Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130, hasil pengukuran diastolic di atas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan factor risiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.

Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokonstriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena.

S₄ umum terdengar pada pasien hipertensi berat, karena adanya hipertrovi atrium (peningkatan volume tekanan atrium). Perkembangan S₃ menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.

Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.

Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular.

Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis; meningkatkan relaksasi.



Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.



Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsangan simpatis.


Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.

Respon terhadap terapi obat “stepped” (yang terdiri atas duiretik, inhibitor simpatis dan vasodilator) tergantung pada individu dan efek sinergis obat. Karena efek samping tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah.


Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relative normal. Diuretic ini memperkuat agan-agen anhipertensi lain dengan membatasi retensi cairan.

Obat ini menghasilkan dieresis kuat dengan menghambat resorpsi natrium dan klorida dan merupakan antihipertensif efektif, kususnya pada pasien yang resisten terhadap tiazid atau mengalami kerusakan ginjal.

Dapat diberikan dalam kombinasi dengan diuretic tiazid untuk meminimalkan kehilangan kalium.

Kerja kusus obat ini bervariasi, tetapi secara umum menurunkan TD melalui efek kombinasi penurunan tahanan total perifer, menurunkan curah jantung, menghambat aktivitas simpatis, dan menekan pelepasan rennin.
Mungkin diperlukan untuk mengobati hipertensi berat bila kombinasi diuretic dan inhibitor simpatis tidak berhasil mengontrol TD. Vasodilatasi vaskuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darak koroner keuntungan sekunder dari terapi vasodilator.


Bekerja pada pembuluh darah untuk mempertahankan agar tidak konstriksi.

Menurunkan aktivitas konstriksi arteri dan vena pada ujung syaraf simpatis.


Obat ini meningkatkan rangsangan simpatis pusat vasomotor untuk menurunkan tahanan arteri perifer.

Merilekskan otot-otot polos vaskuler.


Obat-obat ini diberikan secara intravena untuk menangani kedaruratan hipertensi.


Penggunaan inhibitor simpatis tambahan mungkin dibutuhkan (untuk efek kumulatifnya) bila tindakan lain gagal untuk mengontrol TD dan kerja sama pasien dengan regimen terapeutik telah ditetapkan.
Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensif, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung.

Bila hipertensi berhubungan dengan adanya feokromositoma, maka pengangkatan tumor akan memperbaiki kondisi.

Mengetahui apakah intervensi yang diberikan berhasil atau tidak

EVALUASI
1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung.
2. Mempertahankan TD (120/80) dalam rentang individu yang dapat diterima
3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Koping individual infektif, Berhubungan dengan:
• system pendukung tidak adekuat
• Metode koping tidak efektif
Kemungkinan dibuktikan oleh:
• Menyatakan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.
• Ketidak mampuan untuk memenuhi harapan peran/kebutuhan dasar atau pemecahan masalah.
• Perilaku merusak diri sendiri, makan berlebihan, hilang nafsu makan merokok/minum berlebihan, cenderung melakukan penyalahgunaan alcohol.
• Kelemahan atau insomnia kronik; ketegangan otot; sering sakit kepala/leher, kekuatiran/gelisah/cemas/tegangan emosi kronik, depersi.
TUJUAN
Pasien mampu melakukan kembali aktivitasnya secara mandiri dengan bantuan perawat dalam waktu.... x 24 jam, yang ditandai oleh: pasien mampu untuk mengatasi atau meminta bantuan, pasien mampu untuk memenuhi harapan peran/kebutuhan dasar, pasien menunjukkan perilaku memperbaiki diri, makan secukupnya, nafsu makan kembali normal, penurunan dalam merokok/minum berlebihan, emosi pasien membaik, nyeri menghilang.

INTERVENSI
Tindakan Intervensi Rasional
MANDIRI
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien


Jelaskan tentang nyeri dan penyebabnya


Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, mis: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

Catat laporan penggunaan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi masalah/menyelesaikan masalah.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.

Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.



Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti: “Apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”




Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.

Observasi setiap intervensi yang telah diberikan kepada pasien
Pasien dapat mengetahui dan mengerti tindakan yang diberikan, meningkatkan kerjasama antara perawat dan pasien

Pasien dapat mengerti apa yang sedang dialami

Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari.


Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.


Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.

Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang berkelanjutan. Memperbaiki ketrampilan koping dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik.

Focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan paien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk “kontrol” dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.

Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.



Mengetahui apakah tindakan yang diberikan berhasil atau tidak:
pasien mampu untuk mengatasi atau meminta bantuan, pasien mampu untuk memenuhi harapan peran/kebutuhan dasar, pasien menunjukkan perilaku memperbaiki diri, makan secukupnya, nafsu makan kembali normal, penurunan dalam merokok/minum berlebihan, emosi pasien membaik, nyeri menghilang.

EVALUASI
1. Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
2. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
3. Mengidentifikasi potensi situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari/mengubahnya
4. Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan/metode koping efektif.


III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, rencana pengobatan, berhubungan dengan:
• Kurang pengetahuan /daya ingat
• Misinterpretasi informasi
• Keterbatasan kognitif
• Menyangkal diagnose
Kemungkinan dibuktikan oleh:
• Menyatakan masalah
• Meminta informasi
• Menyatakan miskonsepsi
• Mengikuti instruksi tidak akurat; inadekuat kinerja prosedur
• Perilaku tidak tepat/eksagregasi, mis: bermusuhan, agitasi, apatis
TUJUAN
Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit dan regimen pengobatan, dengan bantuan perawat dalam waktu ....x 24 jam yang ditandai dengan: pasien dapat mengetahui masalah yang dihadapai, dapat menginterpretasi informasi kembali, menerima diagnosa, memahami informasi, menyatakan konsepsi, mengikuti instruksi akurat sesuai instruksi prosedur, menunjukkan perilaku peduli terhadap penyakit, meningkatkan kerja sama dengan perawat dan dokter.

INTERVENSI
Tindakan intervensi Rasional
MANDIRI
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien


Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat.








Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak





Hindari mengatakan TD ‘NORMAL’ dan gunakan istilah “terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.



Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor risiko kardiovaskuler yang dapat diubah, mis: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stress.

Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi factor-faktor diatas.





Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.




Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.






Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri. Evaluasi pendengaran, ketajaman penglihatan dan ketrampilan manual serta koordinasi pasien.


Bantu pasien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana, untuk memudahkan minum obat.



Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan, dan idiosinkrasi mis:




Diuretic: minum dosis harian (atau dosis lebih besar ) pada pagi hari.

Ukur dan catat berat badan sendiri pada jadwal teratur.

Hindari atau batasi masukan alcohol:


Beritahu dokter bila tidak dapat mentoleransi makanan atau cairan.


Antihipertensi: minum dosis yang diresepkan pada jadwal teratur, hindari melalaikan dosis, mengubah atau melebihi dosis, dan jangan menghentikan tanpa memberitahu pemberi asuhan kesehatan: bangun dengan perlahan dari berbaring ke posisi berdiri, duduk untuk beberapa menit sebelum berdiri. Tidur dengan kepala agak ditinggikan.


Sarankan utnuk sering merubah posisi, olahraga kaki saat berbaring.


Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan, dan penggunaan alcohol yang berlebihan.

Anjurkan pasien utnuk berkonsultasi dengan member perawatan sebelum menggunakan obat-obatan yang diresepkan atau tidak diresepkan.



Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan tinggi kalium, misL: jeruk, pisang, tomat, kentang, apricot, kurma, buah ara, kismis, Gatorade, sari buah jeruk, dan minuman yang mengandung tinggi kalium mis: susu rendah lemak, yogurt atau tambahan kalium sesuaoi indikasi.



Riviu tanda-tanda atau gejala-gejala yang memerlukan pelaporan pada pemberi asuhan kesehatan mis: sakit kepala yang terjadi saat bangun, peningkatan TD tiba-tiba dan terus-menerus, nyeri dada/sesak napas, frekuensi nadi meningkat/tak teratur, peningkatan berat badan yang signifikan (1 kg/hari atau 2,5 kg/minggu) atau pembengkakan perifer/abdomen, gangguan penglihatan, sering perdarahan hidung tak terkontrol, depresi/emosi labil, pusing hebat atau episode pingsan, kelemahan/kram otot, mual/muntah,haus berlebihan, penurunan libido/impoten.


Jelaskan rasional regimen diit yang diharuskan (biasanya diit rendah natrium, lemak jenuh, dan kolesterol).






Bantu pasien untuk mengidentifikaasi sumber masukan natrium, (mis: garam meja, makanan bergaram, daging dan keju olahan, saus, sup kaleng, dan sayuran, soda kue, baking powder, MSG). tekankan pentingnya membaca lebel kandungan makanan dan obat yang dijual bebas.

Dorong pasien untuk menurunkan atau menghilangkan caffeine, mis: kopi, teh, cola, dan coklat.


Tekankan pentingnya perencanaan atau penyelesaian periode istirahat harian.


Anjurkan pasien untuk memantau respons fisiologi sendiri terhadap aktivitas (misalnya frekuensi nadi, sesak nafas). Laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas, dan hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri dada, sesak nafas, pusing, keletihan berat/kelemahan.

Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti: olahraga aerobic (berjalan, berenang) yang pasien mampu lakukan. Tekankan pentingnya menghndari aktivitas isometik.


Peragakan penerapan kompres es pada punggung leher dan tekanan pada 1/3 ujung hiding, dan anjurkan pasien menundukkan kepala kedepan bila terjadi perdarahan hidung.


Berikan informasi tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan pasien dalam membuat perubahan pola hidup. Lakukan untuk rujukan bila ada indikasi.







Observasi setiap intervensi yang telah diberikan kepada pasien
Pasien dapat mengerti dan mengetahui tindakan yang diberikan, meningkatkan kerja sama antara pasien dan perawat

Kesalahan konsep dan menyangkal dan diagnose karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila paien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.

Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.

Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.

Factor-faktor risiko ini, telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kadriovaskular serta ginjal.





Factor-faktor risiko dapat meningkatkan proses penyakit/memperburuk gejala. Dengan mengubah pola perilaku yang “biasa/memberikan rasa aman” dapat sangat menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas ini.

Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin, mengakibatkan penting meningkatkan frekuensi jantung, TD, dan vasokonstriksi, mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan beban kerja miokardium.

Kurangnya kerja sama adalah alasan umum kegagalan terapi antihipertensif. Oleh karenanya, evaluasi yang berkelanjutan untuk kepatuhan pasien adalah penting untuk keberhasilan pengobatan. Terapi yang efektif menurunkan insiden stroke, gagal jantung gangguan ginjal dan kemungkinan MI.

Dengan mengajarkan pasien atau orang terdekat untuk memantau TD adalah menyakinkan untuk pasien, karena hasilnya memberikan penguatan visual/positif akan upaya pasien.

Dengan mengindividualisasikan jadwal pengobatan sehingga sesuai dengan kebiasaan/kebutuhan pribadi apsein dapat memudahkan kerja sama dengan regimen jangka panjang.

Informasi yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping (mis: perubahan suasana hati, peningkatan berat badan awal, mulut kering) adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu, dengan demikian meningkatkan kerja sama rencana pengobatan.

Penjadwalan yang meminimalkan berkemih pada malan hari.

Indicator utama keefektifan terapi diuretic.


Kombinasi efek vasodilatasi alcohol dan efek penipisan volume dari diuretic sangat meningkatkan risiko hipotensi ortostatik.
Dehidrasi dapat terjadi dengan cepat bila masukan kurang dan pasien terus minum diuretic.

Penghentian obat mendadak menyebabkan reboun hipertensi yang dapat mengarah pada komplikasi berat.
Ukur penurunan keparahan hipotensiortostatik yang berhubungan dengan penggunaan vasodilator dan diuretic.





Menurunkan bendungan vena perifer yang dapat ditimbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiri terlau lama.

Mencegah vasodilatasi yang tak perlu dengan bahaya efek samping yaitu pingsan dan hipotensi.

Tindak kewaspadaan penting dalam pencegahan iteraksiobat yang kemungkinan berbahaya. Setiap obat yang mengandung stimulat saraf simpatis dapat meningkatkan TD atau dapat melawan efek antihipertensif.

Diuretic dapat menurunkan kadar kalium. Penggantian diet lebih baik daripada obat dan semua ini diperlukan untuk memperbaiki kekurangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi kalsium 400-200 mg/hari dapat menurunkan TD sistolik dan diastolic. Memperbaiki kekurangn mineral dapat juga mempengaruhi TD.

Deteksi diniterjadinya komplikasi, penurunan efektivitas atau reaksi yang merugikan dari regimen obat memungkinkan untuk intervensi.












Kelebihan lemak jenuh, kolesterol, natrium, alcohol, dan kalori telah didefenisikan sebagai risiko nutrisi dalam hipertensi. Diet lemak dan tinggi lemak poli-tak jenuh menurunkan TD, kemungkinan melalui keseimbangan prostaglandin, pada orang normotensifdan hipertensi.

Diit rendah garam selama dua tahun mungkin sudah mencukupi untuk mengontrolhipertensi sedang atau mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan




Kafein adalah stimulant dan dapat memberikan efek merugikan pada fungsi jantung.


Dengan menyelingi istirahat dan aktivitas akan meningkatkan toleransi tehadap kemajuan aktivitas.

Keterlibata pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan/atau memodofikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.




Selain membantu menurunkan TD, aktivitas aerobic merupakan alat menguatkan system kardiovaskular. Latihan isometric dapat meningkatkan kadar katekolamin serum akan lebih meningkatkan TD.

Kapiler nasal dapat rupture sebagai akibat dari tekanan vaskuler berlebihan. Dingin dan tekanan mengkonstriksikan kapiler, yang melambatkan perdarahan. Menundukkan kedepan menurunkan jumlah darah yang tertelan.

Sumber-sumber di masyarakat seperti Yayasan Jantung Indinesia, “coronary club,” klinik berhenti merokok, rehabilitasi alcohol, program penurunan berat badan, kelas penanganan stres, dan pelayanan konseling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan perubahan pola hidup.



Mengetahui apakah intervensi yang di berikan berhasil atau tidak:
pasien dapat mengetahui masalah yang dihadapai, dapat menginterpretasi informasi kembali, menerima diagnosa, memahami informasi, menyatakan konsepsi, mengikuti instruksi akurat sesuai instruksi prosedur, menunjukkan perilaku peduli terhadap penyakit, meningkatkan kerja sama dengan perawat dan dokter.

EVALUASI
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
3. Mempertahankan TD parameter normal (120/80).

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan:
• Kelemahan umum
• Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Kemungkinan dibuktikan oleh :
• Laporan verbal tentang pelatihan atau kelemahan
• Frekuensi jantung atau respon tekanan darah terhadap aktivitas abnormal
• Rasa tidak nyaman saat begerak atau dispnea
TUJUAN
Pasien mampu melakukan kembali aktivitas dengan bantuan perawat dalam waktu ...X24 jam yang ditandai dengan laporan verbal tentang pelatihan atau kelemahan membaik,frekuensi jantung atau respon tekanan darah terhadap aktivitas normal, merasa nyaman saat begerak.
INTERVENSI
Tindakan Keperawatan Rasional
Mandiri
1. jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
Pasien dapat mengerti, dapat meningkatkan kerjasama antara perawat dan pasien
2. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20X/menit diatas frekuansi istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas( tekanan sistolik meningkat 40mmHg ), dispnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaphoresis, pusing/ pingsan. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas dan, bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.

3. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan. Teknik menghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
5. Observasi intervensi yang telah diberikan Mengetahui apakah tindakan yang diberikan berhasil atau tidak:
laporan verbal tentang pelatihan atau kelemahan membaik,frekuensi jantung atau respon tekanan darah terhadap aktivitas normal, merasa nyaman saat begerak.


EVALUASI
1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan
2. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
3. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri, akut, sakit kepala berhubungan dengan :
• Peningkatan vascular serebral
Kemungkinan dibuktikan oleh:
• Melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital, terjadi pada saat bangun, dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu berdiri
• Segan untuk menggerakan kepala, menggaruk kepala, menghindari sinar terang dan keributan, mengerutkan kening, menggenggam tangan.
• Melaporkan kekakuan leher, pusing, penglihatan kabur, mual, dan muntah
TUJUAN
• Nyeri, sakit kepala pada pasien dapat berkurang dengan bantuan perawat dalam waktu ...x 24 jam yang ditandai dengan pasien melaporkan tentang pengurangan nyeri, mampu untuk menggerakan kepala, menggaruk kepala, mampu berada di bawah sinar terang dan berada dalam situasi keributan, leher dapat bergerak bebas, penglihatan jelas.
INTERVENSI
Tindakan Keperawatan Rasional
Mandiri
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien

2. Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Pasien dapat mengerti dan mengetahui tindakan yang diberikan, meningkatakan kerjasama
Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi
3. Berikan tindakan non-farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,missal kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi( panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
4. Hilangkan/ minimalkan aktivitas fasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, missal mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk Aktivitas yang meningkatkan fasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan napas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membrane mukosa.
6. Observasi intervensi yang telah dilakukan Mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan berhasil atau tidak
Kolaborasi
1. Berikan sesuai indikasi:
analgesik

Menurunkan/ mengontrol nyeri dan menurungkan rangsang system saraf simpatik

2. Antiansietas, mis lorasepam
( Ativan), diazepam( valium ) Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress
3. Observasi intervensi yang diberikan Apakah intervensi yang diberikan berhasil atau tidak:
pasien melaporkan tentang pengurangan nyeri, mampu untuk menggerakan kepala, menggaruk kepala, mampu berada di bawah sinar terang dan berada dalam situasi keributan, leher dapat bergerak bebas, penglihatan jelas.


EVALUASI
1. Melaporkan nyeri / ketidaknyamanan hilang/ terkontrol
2. Mengungkapakan metode yang memberikan pengurangan
3. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan



VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
• Masukkan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic
• Pola hidup monoton
• Keyakinan budaya
Kemungkinan dibuktikan oleh :
• Berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
• Lipatan kulit trisep lebih besar dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita ( maksimun untuk usia dan jenis kelamin )
• Dilaporkan atau terobservasi disfungsi pola makan
TUJUAN
Pasien menunjukkan perbaikan pemenuhan nutrisi tubuh dengan bantuan perawat dalam waktu ....x 24 jam yang ditandai dengan: Berat badan pasien menuju pada berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh, lipatan kulit trisep kembali normal kurang dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita, pola makan pasien kembali normal.

INTERVENSI
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
1. jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
Pasien dapat mengerti dan mengetahui, meningkatkan kerja sama perawat dan pasien.
2. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh
3. Bicarakan pentiingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya arterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasi, missal stroke, penyakit ginjal, gagal jantung. Kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi
4. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil
5. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dalam program diet terakhir. Membantu dalam kebutuhan individu untuk penyesuaian / penyuluhan.
6. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistic dengan pasien, mis penurunan berat badan 0,5 kg/ minggu Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori/ hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg/minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan.
7. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan di makan Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/ dapat mengontrol perubahan
8. Instruksikan dan bantu memili mkanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi ( mentega, lemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan ) Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan anterogenesis
Kolaboratif
1. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi


2. Observasi tindakan yang diberikan kepada pasien
Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual

Apakah tindakan yang diberikan berhasil atau tidak:
Berat badan pasien menuju pada berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh, lipatan kulit trisep kembali normal kurang dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita, pola makan pasien kembali normal.

EVALUASI
1. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
2. Menunjukkan perubahan pola makan ( mis pilihan makanan, kuantitas dan sebagainya. ) mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
3. Melakukan/ mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual.

5 komentar: